-->

7 Tahun Beroperasi, JET Express Harus Ucapkan Sayonara. Bukti Bisnis Logistik Tak Semanis Tampaknya


JET Express berhenti operasional pada Februari 2022
Pengumuman JET Express menutup usahanya di akun Instagram @jetxps

Bisnis kurir memang sedang booming sejak era bisnis online di Indonesia berkembang pesat di Indonesia. Dan seperti hukum alam, dimana ada madu, disitu banyak semut berdatangan. Geliat bisnis online pun diikuti dengan bermunculannya para pemain baru jasa kurir. 

Semua seakan tak ingin ketinggalan ikut menikmati legitnya rejeki dari jasa antar paket ini. Salah satunya adalah JET Express yang beroperasi sejak tahun 2015.

Namun disayangkan, jelang sewindu berkiprah di dunia logistik Indonesia, JET Express harus mengucapkan salam perpisahan dan sekaligus mengakhiri layanannya. 

Pengumum ini disampaikan di situs resmi perusahaan www.jetexpress.co.id maupun di akun media sosialnya.

“Hai pelanggan JET Express, kami ingin menginformasikan bahwa Februari 2022 adalah bulan terakhir JET Express beroperasi. Terima kasih atas kepercayaannya selama ini dan kami pamit undur diri" 

Demikian bunyi pernyataan berhenti beroperasinya JET Express. Mengapa JET Express harus menutup bisnisnya?

Ada apa dengan JET Express ?


Mungkin banyak yang bertanya-tanya dan sekaligus heran, mengapa JET Express tiba-tiba harus berhenti beroperasi sejak Februari 2022? 

JET Express juga menunjukkan kinerja yang baik. Dilansir dari situs resminya, JET Express memiliki  puluhan kantor cabang yang tersebar di berbagai kota baik di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sumatera.



Mereka juga berhasil menggaet puluhan klien perusahaan, di antaranya Bank BTN, Mandiri, Bateeq, Yakult, Adira Insurance, Matahari, dan Pertamina.

Disisi lain, bisnis jasa pengiriman memang tengah berkembang pesat di Indonesia. Bahkan kondisi pandemi yang melanda dunia selama 2020-2021 malah meningkatkan permintaan jasa pengiriman. 

Pandemi membuat mobilitas sosial berkurang, sebaliknya masyarakat beralih belanja secara online dan dikirim melalui jasa kurir. 

 
Memang bisnis online meningkat, jasa pengiriman banjir kiriman. Namun sebagian semua transaksi online terjadi di lingkup platform marketplace. 

Mayoritas arus barang yang berlangsung dalam transaksi online berlangsung dalam lapak-lapak seller di marketplace.

Dengan kian berkibarnya marketplace di hati masyarakat Indonesia, praktis pebisnis online mengandalkan Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan kawan-kawannya dalam menjajakan produknya.  

Maka tidak aneh sejak beberapa tahun terakhir ini sektor ritel, khususnya marketplace menyumbang 80-85 % omzet jasa pengiriman. 

Yang berada di luar marketplace, hanya menyisakan kue sekitar 15% saja, yang diperebutkan puluhan bahkan ratusan pelaku jasa pengiriman. 

Perusahaan jasa pengiriman yang berhasil masuk dalam lingkaran marketplace otomatis ikut menikmati hasilnya. Sebaliknya yang diluar, harus puas menerima sisanya dan harus berjuang keras untuk bisa bertahan di tengah persaingan antar pemain logistik yang terus bertumbuh.

Di posisi terakhir inilah JET Express berada. Karena diluar sistem marketplace, rejekinya pun relatif kecil untuk mampu menyangga biaya operasional perusahaan. 

Mengapa tidak berusaha masuk ke marketplace? 


Mungkin banyak yang bertanya dan berpikir demikian.

Bisa dipastikan mereka pun sudah dan pernah melamar sebagai kurir partner marketplace. Seperti juga puluhan jasa kurir lain yang punya keinginan serupa. Tapi itu tidak mudah diwujudkan.

Tidak mungkin marketplace begitu saja menampung puluhan jasa pengiriman dalam sistemnya. Terlalu banyak kurir, bakal banyak urusan, banyak masalah juga. Dan ini tentu tidak efisien. 

Bayangkan, kalau kurir yang tergabung di Shopee ada sampai 30 jasa pengiriman. Baik seller, pembeli, dan pastinya Shopee sendiri puyeng menghadapinya. 

Marketplace sendiri sudah banyak urusan internal lain yang lebih menyita energi, sedangkan jasa kurir hanya mitra eksternal. 

Mungkin dari sini lalu timbul yang namanya hukum pasar. Akibat yang mau masuk sangat banyak, marketplace pun mudah saja mematok syarat yang berat bagi kurir yang mau bergabung. 

Tak pernah ada info yang jelas, namun kabarnya pihak marketplace minta fee yang sangat besar. Kalau dari ongkos kirim, skemanya 45% diberikan marketplace, 25% untuk biaya pengiriman, 20% untuk operasional perusahaan, 10% untuk gratis ongkir pembeli marketplace. 

Berapa sisa keuntungan untuk perusahaan pengiriman? 

Jelas kalau mau untung, mungkin rumusnya : 
- volume pengiriman marketplace harus sangat besar, 
- gencar insentif (free ongkir) untuk pembeli agar mau memakai jasa pengiriman tertentu, 
- biaya pengiriman dan operasional harus ditekan sekecil dan seefisien mungkin. 

Sehingga tidak apa-apa untung kecil, tapi bisa menerima kiriman paket sebanyak mungkin.  

Beda Nasib JET Express Dan J&T Express


Sama-sama berdiri pada 2015 lalu, beda nasib antara JET Express dan JNT Express. Padahal diawal-awal berdiri, banyak kesalahpahaman masyarakat terhadap keduanya.

Adanya faktor kemiripan tulisan dan pengucapan nama kedua jasa pengiriman ini, ditambah warna identitas kedua perusahaan yang dominan merah, cukup membuat masyarakat sulit membedakannya.

Baca Juga:


Ditambah kemiripan website resmi, yaitu Jet.co.id untuk J&T Express dan Jetexpress.co.id untuk JET Express, bisa membuat orang salah paham.

Namun soal rejeki, JNT tentu saja lebih moncer. 


JET Express harus mengakhiri kiprahnya dalam bisnis pengiriman Indonesia di tahun 2022, sementara J&T Express bendera bisnisnya kian berkibar-kibar. Malah sudah merambah ke mancanegara.




Tapi JET Express tak sendiri. Sebut nama lain, seperti QRIM Express. Nasibnya lebih tragis lagi. Perusahaan jasa logistik yang mengusung harapan tinggi lantaran didirikan oleh 2 korporasi besar, Lippro Group dan Sumitomo (Jepang) ini, malah hanya bertahan 1 tahun saja. 

Diluncurkan pada 2019, QRIM Express mengumumkan tutup layanan per April 2020.

Kembali ke JET Express. Mengapa memilih menutup bisnisnya, bukan membuka alternatif lain? Dengan modal pengalaman kerja, memiliki puluhan kantor cabang eksis dan ratusan atau mungkin lebih serius agen, bukankah terbuka opsi lain?

Seperti merger dengan perusahaan sejenis sehingga memiliki daya yang lebih baik, atau mencari pendanaan dari Angel Investor maupun startup. 

Atau bahkan menjual ke perusahaan kompetitor yang berduit, seperti J&T Expres atau SiCepat Ekspres?

Mungkin pihak perusahaan JET Express memang sudah punya kalkulasi lain untuk lebih memilih menutup usahanya. Siapa tahu ini juga bagian dari strategi bisnis.

Tumbangnya JET Expres setelah sempat beroperasi selama 7 tahun setidaknya menjadi bukti kerasnya persaingan diantara pelaku bisnis kurir di Indonesia. Mungkinkah JET Express pun bukan korban terakhir? 
 
Sayonara JET Express.

Labels: Jasa Pengiriman, JETexpress

Thanks for reading 7 Tahun Beroperasi, JET Express Harus Ucapkan Sayonara. Bukti Bisnis Logistik Tak Semanis Tampaknya. Please share this article.

Share:

1 Komentar untuk "7 Tahun Beroperasi, JET Express Harus Ucapkan Sayonara. Bukti Bisnis Logistik Tak Semanis Tampaknya"

- Komentar diluar topik tidak akan ditampilkan.
- Komentar dengan identitas akan lebih dihargai.