-->

Waspada Penipuan Dalam Jual-Beli Di Media Sosial Dan Cara Mengantisipasinya


Pelaku mengirimkan foto suasana pengiriman kargo untuk meyakinkan korban
bahwa motor siap dikirim (via Radarcirebon)


Maksud hati ingin mendapatkan motor Beat dengan harga murah, namun ternyata malah jadi korban penipuan online. Kejadian ini menimpa Andi (19), warga Desa Warujaya, Kecamatan Depok, Kabupaten Cirebon.


Penipuan dalam jual-beli online sudah sering terjadi dan dipublikasikan. Namun ternyata kejadiannya selalu terulang dengan modus yang hampir mirip dengan yang sudah-sudah.


Kali ini kejadiannya pada jual beli motor di grup Facebook. Andi yang ingin membeli motor, tergiur dengan motor murah dan bagus yang ditawarkan pelaku. Meskipun sudah waspada, namun si pelaku ternyata lebih cerdik, sehingga ia pun jadi korban.


Uang melayang, motor tak didapat. Kepada Radar Cirebon yang meliput kasusnya, Andi mengaku mengalami kerugian hingga Rp 10.750.000.

 

Awalnya, Andi ingin membeli motor. Ia kemudian menjelajahi media sosial (medsos) Facebook dan masuk di grup jual beli motor di sekitar Cirebon, Rabu (6/1/2021).

 

Andi kemudian melihat ada yang mengunggah motor Honda Beat dengan harga Rp7,5 juta.

 

“Jelas saya tertarik. Motor bagus harga Rp7,5 juta. Saya langsung inbox dan minta nomor WhatsApp. Saya nego Rp7 juta saja. Lalu dia jawab, katanya mau bilang istri dulu.

 

Baca Juga:

Setelah beberapa jam kemudian, pelaku membalas dan setuju.

 

“Kita pun sepakat,” kata Andi.

 

Pelaku yang mengaku sebagai tentara itu tidak bisa mengantarkan ke Cirebon karena sudah pindah tugas di Bandung. Sehingga, transaksi harus menggunakan transfer melalui bank.

 

Awalnya, korban ragu.

 

Namun, pelaku terlebih dahulu meminta tukar foto KTP dengan dalih untuk menghindari penipuan.

 

Pelaku kemudian mengirimkan foto KTP. Korban pun mengikuti alurnya, dengan memfoto KTP juga.

 

Pelaku kemudian mengirim foto lokasi jasa pengiriman barang dan aktivitasnya, di mana mengaku sedang berada di jasa pengiriman barang.

 

Foto BPKB, STNK, dan motornya juga kembali dikirimkan ke Andi. Sampai foto mobil pengiriman barang pun dikirimkan melalui ponsel Andi.

 

Korban makin percaya dan akhirnya mentransfer uang pembayaran ke rekening pelaku melalui BRI.

 

Setelah pembayaran itu, pelaku malah kembali meminta uang dengan alasan untuk biaya transport.

 

“Katanya harga memang deal Rp7 juta. Tapi ada jasa pengiriman ditanggung oleh saya. Jadi saya kirim lagi Rp3.750.000. Setelah saya kirim, pelaku malah minta lagi Rp4.500.000. Katanya untuk nyogok petugas. Ya saya gak kasih,” ujar Andi.

 

Di situ, pelaku malah marah ke Andi dan mendesak segera dikirimkan uangnya. Bahkan, pelaku sampai meneror Andi.

 

Karena kesal, korban pun menanyakan agar motornya dulu yang sampai. Tapi, tiba-tiba medsos Andi malah diblokir dan pelaku hilang.

 

Barulah Andi sadar kalau dirinya telah ditipu. Ia meminta bantuan teman untuk menghubungi nomor pelaku. Meskipun sempat aktif dan komunikasi, namun nomor rekan Andi juga diblokir.

 

Untuk memastikan itu, Andi pun langsung mendatangi Kantor Pos untuk memastikan bukti pembayaran ke jasa pengiriman.

 

“Saat saya tanya ke pegawai kantor pos cargo, meraka langsung jawab itu penipuan,” cerita Andi.

 

Mengetahui kalau dirinya ketipu, Andi berencana akan memblokir ATM dan juga melaporkan peristiwa yang dialaminya ke polisi terdekat.

 

Andi berharap kejadian yang ia alami tidak menimpa korban yang lain lagi.

 

Cara Menghindari Penipuan Online

 

Belajar dari kasus tersebut, sebetulnya pola penipuan online yang dipakai penipu selalu sama, yaitu menawarkan barang berharga (dalam hal ini motor) dengan iming-iming harga yang sangat miring, bahkan tidak masuk akal.

 

Harga yang sangat murah inilah yang biasanya menggoda orang untuk terlibat transaksi. Padahal harga miring itu sengaja diumpankan si penipu untuk menjebak korbannya.

 

Tapi kita juga tidak bisa memastikan jika ada barang yang ditawarkan dengan harga murah sekali itu pasti penipuan.

 

Bisa juga si pemilik barang memang sengaja menjualnya dengan harga murah dengan harapan cepat laku, karena dia sedang sangat membutuhkan uang.

 

Atau mungkin juga seseorang menjual dengan harga dibawah pasar, karena tidak membutuhkan lagi barang tersebut.

 

Jika kebetulan kita mendapat penawaran barang dengan dua kondisi seperti yang disebut tadi, tentunya sama-sama menguntungkan.

 

Khususnya dalam menghadapi transaksi jual-beli di media sosial seperti Facebook, sebaiknya kita juga mengecek akun pribadinya untuk mendapatkan gambaran profil yang bersangkutan.

 

Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dalam melakukan pembelian barang secara online di sosial media seperti Facebook, Instagram atau Twitter :

 

- Pertama-tama, cek usia akunnya. Termasuk akun lama atau baru dibuat? Akun baru pasti masih sedikit postingannya. Sebaiknya hati-hati atau hindari saja transaksi dengan penjual yang akunnya masih terbilang anyar.

 

- Cek foto profil yang digunakan. Meski tidak mutlak begitu, penipu biasanya tidak akan memasang foto asli. Sebaiknya hati-hati dengan penjual yang menggunakan foto profil kartun atau bukan foto orang.

 

-  Cek jumlah temannya. Jumlah teman yang banyak memang tidak menjamin dia bukan penipu, tapi setidaknya kita wajib waspada jika temannya hanya beberapa belas orang saja. Karena logikanya, seorang penjual akan berusaha mendapatkan banyak teman. Sangat aneh saja jika orang niat berjualan di sosial media tapi enggan berteman dengan banyak orang.

 

- Kita juga bisa cek profil teman-temannya. Realkah? Orang Indonesia semua atau jangan-jangan mayoritas temannya orang luar negeri? Kalau orang Indonesia logikanya teman-temannya juga orang Indonesia.

 

- Bagaimana interaksinya dengan teman-temannya dalam postingannya? Minim atau intens? Akun yang riil pasti memiliki keakraban hubungan dengan beberapa teman dalam postingannya. Disini kita bisa melihat seberapa dekat hubungannya dengan teman-teman sosmednya. Sebaliknya sejauh mana keterlibatan teman-temannya dengan dia. Pemilik akun yang sangat akrab dan dekat dengan teman-teman sosmednya, kecil kemungkinan menjadi pelaku penipuan di sosmed tersebut.

 

- Selanjutnya, lihat apa yang sudah diposting selama ini? Rutin, sesekali atau jarang sekali. Apakah ia pernah posting barang yang dijualnya di grup jual-beli di time linenya? Tidak sedikit pemilik akun yang hanya posting gonta-ganti foto profil saja. Atau posting sesuatu yang tidak jelas

 

Dengan memperhatikan poin-poin diatas, kita bisa menilai dan mempunyai gambaran secara umum seperti apa profil seorang penjual di grup sosmed tersebut.

 

Jika semua poin yang kita periksa tadi menunjukkan hasil yang baik/positif, maka setidaknya kita bisa yakin bahwa si penjual adalah orang yang baik atau bisa dipercaya.

 

Meskipun begitu, untuk transaksi jual-beli di sosmed kepercayaan terhadap penjual tidak cukup. Untuk mengantisipasi penipuan dan menjamin kenyaman kedua pihak dalam bertransaksi di sosmed, sebaiknya kita tidak melakukan pembayaran secara langsung antara pembeli dan penjual, melainkan memanfaatkan jasa pihak ketiga.


Dalam hal ini kita bisa melakukan transaksi secara COD (cash on delivery) atau memanfaatkan Rekening Bersama (Rekber).


Sekarang pun sudah banyak jasa pengiriman yang menyediakan layanan COD untuk konsumennya, sebut saja nama seperti SAP Express, Ninja Xpress, RPX.


Celah terbesar dalam transaksi online di media sosial adalah metode pembayarannya. Dengan dalih apapun, hindari pembayaran langsung ke rekening penjual. Karena pembeli dalam posisi lemah dan sangat rawan ditipu. Cara terbaik menghindari jadi korban penipuan dalam transaksi jual-beli online khususnya di sosial media adalah melalui COD atau Rekening Bersama.



Labels: Bisnis Online, Penipuan

Thanks for reading Waspada Penipuan Dalam Jual-Beli Di Media Sosial Dan Cara Mengantisipasinya . Please share this article.

Share:

0 Komentar untuk "Waspada Penipuan Dalam Jual-Beli Di Media Sosial Dan Cara Mengantisipasinya "

- Komentar diluar topik tidak akan ditampilkan.
- Komentar dengan identitas akan lebih dihargai.