-->

Pengalaman Menjadi Agen JNE, Pusing Menghadapi Konsumen Yang Susah Diedukasi


Tak terbilang banyaknya pertanyaan tentang cara menjadi agen JNE dan persyaratannya, yang diajukan pembaca blog ini, baik yang disampaikan langsung melalui komentar maupun melalui kontak form yang saya terima. Untuk memberi gambaran yang lebih riil bagaimana proses menjadi agen JNE, saya pun berinisiatif mewawancarai seorang teman yang kebetulan menjadi mitra JNE di kota Banyuwangi. Beruntung dia bersedia bercerita tentang pengalaman menjadi agen JNE yang belum lama dijalaninya.
Pengalaman Menjadi Agen JNE, Pusing Menghadapi Konsumen Yang Susah Diedukasi
Mbak Intan siap menerima paket Anda.
Sebut saja namanya Intan. Cewek manis berhijab ini terhitung belum lama menjadi agen JNE, yaitu baru sekitar bulan Juli 2017. Meski demikian perkembangan usahanya terhitung baik untuk ukuran daerah. Mbak Intan menggunakan bagian depan rumahnya sebagai kantor agen JNE yang dikelolanya.

Awalnya, mbak Intan yang pernah kuliah di Stikom ini mempunyai bisnis yang dijalankan secara online sejak tahun 2009 lalu. Namun saat itu belum terpikirkan untuk membuka usaha jasa pengiriman. Namun seiring dengan perkembangan teknologi internet, ia mulai melirik adanya peluang dalam bisnis jasa kurir ini.

Menurutnya, dengan kemajuan teknologi saat ini orang dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan apapun, cukup duduk manis di depan laptop, dengan membeli secara online, maka barang yang diinginkan sudah ada dalam genggaman. Dengan melihat tren ini, ia pun berpikir bahwa usaha jasa ekspedisi bisa terus berkembang. Maka ia pun memutuskan untuk membuka bisnis jasa pengiriman.

Lalu, mengapa memilih menjadi agen JNE? Ternyata pilihan mbak Intan terhadap JNE dilatarbelakangi kebiasaan saat berbisnis online, ia selalu menggunakan jasa ekspedisi JNE, apalagi selama menggunakan JNE tidak pernah mengalami masalah. "Di JNE itu barang mudah dilacak lho", katanya. Wah, mulai promosi nih.

Kebetulan melalui salah satu keluarganya, ia diberitahu tahu bahwa ada penawaran langsung dari pihak pimpinan JNE Banyuwangi untuk menjadi agen JNE. Bak pucuk dicinta ulam pun tiba, mbak Intan tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Terlebih ia sudah tahu dengan kinerja JNE, akhirnya dengan tekad bulat ia menghubungi pihak JNE Cabang Banyuwangi untuk menanyakan seputar persyaratan menjadi agen JNE.

Ditanya soal apa saja persyaratan menjadi agen JNE, ia mengaku sudah agak lupa, namun menurutnya tidak berbeda jauh seperti persyaratan di web resmi JNE www.jne.co.id. Mulai dari proses pengajuan hingga persetujuan membutuhkan waktu sekitar 1 bulan.

Menurut pengakuan mbak Intan, untuk pendaftaran agen JNE biayanya Rp 10 juta. Perinciannya, yang 7 juta untuk membeli perlengkapan keagenan seperti fascia sign (papan nama timbul), neon box, backdrop logo JNE, seragam, printer, timbangan digital merk Henherr, poster-poster dan SOP (standard operation procedure). Sedangkan yang 3 juta sebagai uang jaminan, yang jika kita berhenti menjadi agen JNE bisa kembali asalkan berhentinya tidak bermasalah. Perjanjian kerjasama keagenan ini dituangkan dalam bentuk MOU.

Diluar biaya tersebut, mbak Intan masih mengeluarkan biaya lain untuk membeli meja, kursi, alat tulis dan menyiapkan tata ruang kantor sesuai dengan standar sebagai agen JNE. Menurutnya tata ruang kantor yang sesuai standar JNE ini penting agar disetujui.
  
Sejak mengelola agen JNE, bisnis online yang sudah lama ditekuni terpaksa harus dihentikan. Ini terkait dengan kesibukan barunya melayani masyarakat yang mengirim paket lewat JNE yang ditanganinya sendiri. Akibatnya ia tak punya waktu lagi untuk jualan online. Namun kalau ada orang-orang dekat yang membutuhkan barang tertentu, ia masih berusaha mengusahakannya.

Selain itu, sebetulnya mbak Intan juga masih memiliki usaha sampingan lain. Ia memiliki keahlian melukis henna. Untuk jasa henna-nya ia masih menyediakan waktu, karena membuat lukisan henna bisa dikerjakan disaat tidak ada orang yang mengirim barang.

Ditanya kiatnya untuk menarik orang agar menjadi pelanggan setia mengirim paket di tempatnya, mbak Intan hanya mengandalkan aspek pelayanan yang baik terhadap konsumen. Selain itu sebagai agen harus bisa menguasai sistem program JNE yang sudah ditentukan, seperti memasukkan data kiriman dengan benar, menurutnya tidak akan ada masalah.



Meskipun mengaku tidak punya masalah berarti selama menjadi agen JNE, sesekali ia dibuat pusing jika menghadapi konsumen yang tidak paham proses pengiriman barang. Hari ini kirim barang, maunya besuk sudah sampai tujuan.

"Kalau mereka yang mudah diedukasi ya gak ada masalah, tapi yang susah diedukasi, meskipun kita sudah bicara baik-baik, sananya tetep aja ngotot... jadi pusing," keluhnya menghadapi sikap konsumen yang tidak biasa kirim paket.

Beruntung selama ini ia tidak pernah mengalami dikomplain konsumen yang marah karena paketnya bermasalah. Menurutnya, yang penting ketika menerima barang dari konsumen memastikan kondisinya baik, alamat tujuan sudah lengkap dan benar. Kalau masih ada trouble, maka ia akan mengarahkan solusinya ke pusat. Tapi kalau masalahnya murni akibat kesalahan dari pihaknya, maka ia pun akan bertanggungjawab.

Tentang omsetnya, mbak Intan secara terbuka mengaku sebagai agen baru omset hariannya masih naik-turun. Kadang 1 juta, kadang lebih. Tapi setiap bulan berkisar antara 15-20 juta, jelasnya. Sebetulnya ini bukan angka yang jelek, bahkan terbilang bagus untuk ukuran agen yang belum berumur setahun.

Terakhir, saya menanyakan apa sarannya bagi yang ingin menjadi agen JNE agar diterima. Menurutnya, faktor lokasi agen sangat menentukan. Karena ketika kita mengajukan diri menjadi agen JNE, belum tentu akan diterima meskipun sanggup memenuhi persyaratan administrasinya. Pihak perusahaan akan melakukan survei lokasi. Dan ini bisa menjadi poin yang menentukan.

Bagaimana, tertarik menjadi agen JNE? Atau mau kirim paket ke agen JNE yang dikelola mbak Intan ? Datang saja ke gerai JNE di jalan Jaksa Agung Suprapto no. 127 Banyuwangi. Kamu akan disambut dengan senyum manisnya.

Terima kasih untuk mbak Intan atas kesediaannya berbagi pengalaman selama menjadi agen pengiriman JNE, semoga bermanfaat bagi yang sedang merencanakan bisnis serupa.

Labels: Agen JNE, JNE

Thanks for reading Pengalaman Menjadi Agen JNE, Pusing Menghadapi Konsumen Yang Susah Diedukasi. Please share this article.

Share:

5 Komentar untuk "Pengalaman Menjadi Agen JNE, Pusing Menghadapi Konsumen Yang Susah Diedukasi"

pelaku bisnis online boleh dikaakan itu2 saja, tapi pertambahan agen sangat pesat, bersiap-siaplah para agen lama di daerah untuk turun omzet pendapatan.

2 tahun yg lalu daftar agen jne di blitar jatim, ijin keagenan dari jne hingga siap buka konter utk beroperasi butuh Wkt totalnya 10 bulan. Selain corporate culture yg mengenaskan, ditambah jarak konter dgn gudang sortir jauhnya kurleb 35km agen hrs setor barang dgn biaya sendiri dan berbagai biaya variabel lain (jaringan internet, listrik, AC, atk, pemasaran, pick up, dll tetek bengek memenuhi standard operasional), dapet omzet 18.jt masih tekor. Dari data operasional selama 10 bln, dihitung lg budged biaya operasional ketemunya cuma BEP di angka omzet 28jt dan ga mungkin profit lg berapapun omzetnya. Jd dapet kesimpulan; agen jne di daerah kami yg lokasinya tdk di tengah kota & berdirinya setelah th 2017, profitabilitasnya sangat tidak meyakinkan. Jaminan agen akan selalu tekor menunggu di depan mata. Sangat menarik jika datanya dipakai bahan skripsi mahasiswa bisnis yg mau lulus. Xexexe

@Onlenshop. Terima kasih sharingnya. Ini bisa jadi pertimbangan yang baik bagi siapapun yg ingin menjadi agen pengiriman.

Mau tanya ni berapa ya komisi yg diterima agen JNE?

SANGAT TERTARIK JADI AGEN JNE
SAYA IGIN SEKALI MAU BERGABUNG, JADI BANYAK PERSYARATANYA YANG KURANG LENGKAP..
LOKASIH udh oc..

- Komentar diluar topik tidak akan ditampilkan.
- Komentar dengan identitas akan lebih dihargai.